Malam Kamis yang Selalu Dinanti
- Selasa, 29 Juli 2025
- Admin Safinda
- 0 komentar
Setiap pekan, ada satu malam yang terasa istimewa di lingkungan Pondok Pesantren Safinda IV Bangkalan. Malam itu bukan malam perayaan atau acara besar yang diramaikan oleh tamu undangan. Tapi justru sebaliknya—malam itu tenang, penuh keteduhan, dan sarat makna. Malam Kamis.
Begitu azan Maghrib berkumandang, para santri Madrasah Ilmu Al-Qur’an (MIQ) PP. Safinda IV Bangkalan bergegas menuju masjid pondok untuk melaksanakan sholat berjamaah. Wajah-wajah muda itu tampak berseri, seolah ada yang mereka tunggu. Dan benar saja—usai sholat, mereka tidak langsung kembali ke kamar. Malam Kamis adalah malam bersholawat.
Di aula utama pondok, para santri dan guru berkumpul. Lantunan sholawat mulai terdengar, mengalun pelan, menembus dinginnya malam, menghangatkan hati siapa saja yang mendengarnya. Tak ada alat musik, tak ada sorotan lampu panggung, hanya suara yang tulus dan ikhlas dari hati yang rindu kepada Rasulullah SAW.
Setiap bait sholawat dibaca perlahan, penuh kekhusyukan. Mata sebagian santri terpejam, sebagian lainnya meneteskan air mata. Di tengah kesibukan belajar dan menghafal, malam Kamis menjadi momen penyegaran jiwa—tempat para santri kembali menata niat dan menguatkan cinta mereka kepada Sang Nabi.
Para guru pun ikut bersholawat, duduk di antara para santri. Tidak ada jarak, tidak ada perbedaan. Yang ada hanyalah hati-hati yang menyatu dalam cinta dan doa.
“Sholawat ini bukan sekadar tradisi,” kata salah satu guru setelah acara selesai. “Ini adalah ruh yang menjaga semangat santri. Dengan sholawat, kami berharap akhlak Nabi menjadi teladan yang hidup di dalam diri mereka.”
Ketika acara selesai, para santri kembali ke kamar mereka dengan senyum yang sulit disembunyikan. Hati mereka terasa lebih tenang, pikiran lebih jernih. Malam Kamis telah menunaikan tugasnya—mengisi kembali semangat spiritual mereka yang mungkin sempat goyah.
Dan seperti itu, setiap pekan, malam Kamis selalu dinanti. Karena di sanubari mereka, ada keyakinan bahwa bersholawat bukan hanya ibadah, tapi juga bentuk cinta paling dalam kepada sang kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW.